Madu
Jumat, 26 Januari 2018, 08:55 AM
Seperti pagi ini, aku bikin teh dengan madu sebagai pengganti gulanya. Manis, seperti hari Jumat. Aku jadi keinget, dulu sewaktu aku masih kecil balita, di rumahku ada banyak sarang lebah madu. Karena aku anak kecil yang suka random, aku pernah melempar sarang lebah itu dengan debu padahal lebahnya sedang sirat, dan pada akhirnya aku dikejar banyak sekali lebah!!! Hahaha..
Tau dikejar lebah, aku panik, untung saja bapak aku tau dan aku langsung digendong, dibawa lari, masuk ke dalam rumah. fyuhh.. Walaupun akhirnya aku selamat, badanku tak kurang dari sepuluh sengatan lebah, wkwkwk. Lebam2 lah itu. Kalau aku ingat sekarang jadi bertanya2, kenapa dulu aku se-random itu.
Nah dari sarang2 madu itu, lumayan banyak madu yang dihasilkan. Ditambah bapak aku suka memanen madu dari sarang lebah liar di kebun. Setiap kali panen madu, aku selalu kenyang dengan madu. Giuuuuuung sekali rasanya. Manis yang terlampau manis, hahaha.
Pernah suatu hari, saking banyaknya, madunya itu diperas dan dimasukkan di dalam botol. Dapat satu botol kaca gitu. Terus dijual ke pasar. Tapi orang2 di pasar malah meragukan madu itu. Karena memang diperas manual, ada keruh2 kecil dari sarangnya gitu. Dan itu pasti natural. Tapi mereka menawarnya dengan harga sangat murah. Sudah murah, mereka menyangka itu bukan madu murni pula. Dikira ada campuran air dan lain2. Padahal itu asli 100%.
Akhirnya bapak aku memilih untuk tidak jadi menjualnya. Bapakku memilih lebih baik diberikan ke anaknya sendiri saja. Akhirnya aku tiap pagi dan sore dipaksa makan madu satu sendok makan. Dasarnya anak kecil, makan madu jadi berasa kaya makan obat. Uuuh sering gamau, hahaha. Ada anak tetangga yang sepantaran denganku. Aku mau minum madu kalau anak itu juga minum. Jadilah mamaku memberi dulu anak tetangga baru aku XD.
Memanen lebah madu, sebenernya bukan madu yang jadi tujuannya. Melainkan sarang2 mudanya. Sarang2 tawon itu dijual. Gunanya bisa dibuat sop. Uhh, enak bangettt. Aku suka sekali. Sarang2 yang berisi lebah muda, saat disop berubah jadi putih. Enak sekali gaes.. hahaha.
Dulu kondisi keluarga memang susah sekali. Selayaknya rumah tangga muda di pedesaan, ayahku bekerja apa saja. Menjual apapun yang bisa dijual dari hasil kebun. Salah satu yang mengharukan, ayah menjual sepikul kayu bakar ke penjual gorengan, lalu hasilnya dibelikan vitamin untukku. Katanya biar aku cerdas. Tak terhitung berapa kali ayah memikul kayu bakar itu, hasilnya diberikan kepada mamak buat keperluan keluarga.
Saat pulang ayahku membawa remahan gorengan, wuhh aku senang sekali. Rasanya begitu mengharukan saat mengingat betapa dulu kondisinya sangat berat buat ayah. Tak hanya ayah, mamaku pun tak kurang berjuang. Mamakku selalu memikul semua hasil yang akan dijual di pasar. Padahal pasarnya tuh jauhhhh. Tapi mamak gamau ngojek. Mamakku menggendonya di punggungnya.
Kemudian ayahku, memikul padi hasil gepyok, sendirian. Dulu keluarga kami belum punya motor. Aku benar2 ingin menangis kalau mengingat masa lalu. Betapa orangtuaku benar2 berjuang. Ya Allah.. Engkau Maha Melihat semuanya, Engkau Maha Mengetahui segalanya.. Ya Allah, semoga segala perjuangan itu, segala lelah, keringat, dan air mata, semoga Engkau catat sebagai pahala. Semoga menjadi amal yang akan menemani almarhum ayah hamba di alam barzah. Semoga menjadi pahala dan Engkau balas dengan surga dan keridhoan dariMu ya Allah.. aamiin ya robbal 'alamin
ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Comments
Post a Comment